Sunday, December 6, 2009

From Nak Ganjil

Kami ditakdirkan sebagai pemilik NIM ganjil, itu berlaku sejak kami selesai registrasi ulang sekitar setahun yang lalu. Tidak ada yang spesial dengan hal ini sampai kegiatan kuliah dimulai. Awal semester kami disatukan di dalam kelas besar, namun saat beranjak naik ke semester dua, kami dipisahkan dengan alasan jumlah kami sangat besar. Jadilah kami berpisah di beberapa mata kuliah

Sejak perpisahan itu, kami para ganjil seakan ditimpa kesialan. Dimulai dari mata kuliah Pengantar Antropoligi, dosen kami punya mobilitas yang tinggi sehingga kadang kami ditelantarkan (hiks). Tapi tidak lama penggantinya datang, keadaan tidak bertambah baik sepertinya, bapak dosennya lebih banyak bercerita tentang angan-angan pengalaman serta kejengkelannya a.k.a curhat ketimbang menjelaskan teori antropologi.

Matkul Pikom juga membuat kami semakin dicap "sial". Sebenarnya sihh ndak sial-sial amat. Kami diajarkan banyak teori dan kuliahnya asik, tapi tugasnya lumayan. Mungkin para genap melihat tugas dan kehadiran dosen setiap minggu sebagai sebuah kesialan. Tapi ya sudahlah, kami sebagai ganjil menikmati saja kuliah menyenangkan itu.

Aplikom. Such a hell!
Ruang kuliah panas seperti di sauna. Dosennya juga sangat annoying (nama tidak disebutkan untuk menghindari cekcok). Tugas kami aneh aneh dan kami hanya diberikan penjelasan teori tanpa praktek (meskipun kami sudah tau praktek dari teori-teori yg diajarkan).

Sebenarnya banyak lagi di semester dua, tapi kita semua pasti tau keadaan kita saat itu

**
SEMESTER TIGA
Our Lucky year sepertinya..

Di tiga bulan pertama tampak sangat annoying memang. Kehadiran Ibu J****y yang mengubah kami dari anak serba lelet menjadi disiplin. Ditambah kehadiran Prof. M**** yang extra introvert membuat ruang kuliah yang panas semakin gerah. Karena hal tersebut tercetuslah "anak ganjil selalu sial", tapi kami para ganjil selalu menguatkan diri dengan "biarmi..semoga dgn ini cepatki selesai"

Well..entah keajaiban darimana, keadaan kami mulai membaik di tiga bulan terakhir. Ke

selengkapnya

Thursday, October 29, 2009

OPINI BY AHMAD

Ketika manusia-manusia dipenuhi sifat keserakahan,egois, kemunafikan dan hilangnya identitas sekaligus karakternya maka dunia ini akan dipenuhi oleh maling-maling yang memakan sesamanya.
Mereka tidak lagi idealistis serta ketidakmampuannya dalam mempertahankan keyaikanannya hasrat terfokus pada materi tidak lebih dari makan,minum,tidur,bermain,kawin
Sebagian manusia akan menjadi korban retorika bagi orang-orang yang pandai menjual omongan. Mendewakan pencitraan bukan melihat pada karakter
Inilah yang membuat suatu bangsa tak mampu memerdekakan dirinya mereka tidaklah dijajah oleh bangsa lain namun mereka dikuasai oleh kaum-kaum intelektual yang tak memiliki tanggung jawab bukan hanya itu mereka pun tampak cerdas tapi mereka bagaikan layang-layang yang putus.
Kita membutuhkan keyakinan yang disebut keyakinan spiritual yang mmampu meruba pandanagan kita yang tadinya diukur dari materi menjadi lebih manusiawi , system alam semesta pun aka mendukung untuk berbuat kebenaran dan keadilan bukan menjual keadilan untuk memenuhi kebutuhan. Sekaligus memberikan pencerahan kepada hati untuk memilih yang benar dan yang salah
Bukti bahwa alam semesta tidak mendukung lagi adalah banyaknya fenomena-fenomena alam yang menelan korban jiwa yang diakibatkan ulah manusia itu sendiri
Ini tidaklah terfokus pada konsep religi karena setiap orang pasti meyakini sesuatu apakah itu ideolagi,prinsip serta paradigma yang menjadikan mereka menjadi manusia-manusia yang berkarakter bukan manusia yang sebatas pada pencitraan (penampilan fisik)
Semoga manusia mampu menemukannya, yang membuat dirinya ini semakin manusiawi memiliki tujuan serta karakter dimana manusia lain tidak mampu menilai kita dalam stdarisasi yang rendah dimana mereka juga memiliki kebabasan untuk berkarya tidak diintervensi oleh apa yang laku kerena itu dapat menghilangkan identitas dan kualitasnya
selengkapnya

Tuesday, September 29, 2009

KAPURUNG

MAKASSAR,EXIST—Hari pertama kuliah seteah libur lebaran.

Pagi ini baru saja saya tiba di kota daeng setelah menempuh 8 jam perjalanan yang cukup tenang. Menemaniku pulang adalah kakakku Idham serta kresekan berisi sagu dan patikala pesanan temanku dan tak lupa pakaian serta kue kering hasil jarahan di rumah sendiri.

Sebelumnya, tepatnya sebelum lebaran salah seorang teman menghubungiku. Dia bilang EXIST mau mengadakan semacam Halal Bihalal di hari pertama kuliah. Dari obrolannya dengan Sang Ketan, disepakati yang menjadi menu utamanya adalah BUGALU (kapurung).

Jam sembilan lebih sedikit saya meninggalkan rumah membawa bahan kapurung supaya tidak usah repot pulang lagi.

)ugh..harus bersambung lagi..
lagi rapat jadi arus fokus..

selengkapnya

BER-CER-MIN

Dunia Kampus adalah dunia “orang dewasa”setidaknya itu adalah mind sett awal yg saya bangun ketika pertama kali menginjakkan kaki di sini …orang yg tahu benar bagaimana bersikap sebagai manusia dan sebagai makhluk sosial …
Tanpa terasa……..
Serangkaian prosesi ..pengkaderan , pelatihan atau apalah namanya telah berlalu .walau begitu , haru birunya akhir dari prosesi yg panjang dan melelahkan itu telah usai ….dan saya dan teman2 berhasil melalui dengan gilang gemilang , meski mungkin di mata sebagian orang ..beberapa dintara kami adalah sampah yg tidak pantas hadir di tengah ranah yg intelektual ini hanya karena tidak turut berpeluh –letih dalam prosesi yg mengharu biru tersebut . setidaknya kesemuanya itu adalah pijakan awal saya untuk melakukan sebuah kontemplasi….sebut saja sekedar bercerminYach..setahun lamanya ….proses “ pendewasaan “ itu kami jalani ….tapi tokh ternyata sebuah sistem yg ideal tidak selalu menghasilkan ouput yg ideal .sebuah sistem atau tatanan adalah suatu susunan atau konsep yg terstruktur dengan baik , dan bertujuan menciptakan keteraturan dan keselarasan , setidaknya ini yg saya tangkap dari bangku kuliah dan diskusi saya selama ini dengan beberapa orang,namun setelah setelah serangkaian prosesi yg menguras peluh ternyata masih ada yg “sisa” yg mengganjal.sisa2 itu berupa dendam , sakit hati , kecewa, amarah , dan kekecewaan mendalam yg entah ditujukan pada siapa …sistem atau yg membuat sistem tersebut ?.......
Saya mulai sangsi dan bertanya-tanya dalam hati
Sistem yg salah …atau yg mengendalikan sistemnya?
Huffff….
Apa benar serangkaian prosesi itu penting untuk kami ?
Ataukah “ mereka” yg membuatnya penting ?, dengan cara mencekoki kami dengan segala macam doktrin yg filosofis dan dogmatis…mereka memeberi gambaran tentang masa lalu mereka ketika ada di posisi kami waktu itu , dimana aku dan kawan2ku waktu itu cuma bisa melongo ..dan ada diantara kami tersenyum senyum sambil manggut2, ada juga yg memandang dengan bermacam perasaan yg berkecamuk , ada yg muak , ngantuk , bosan , ada yg sok asik +sok ngerti tatkalapemandangan seperti ini sering kusaksikan sendiri takkala “ mereka” berceloteh dengan ringan tentang ini dan itu, yang isinya bahwa kami harus paham yg ini boleh yg itu tidak boleh , bahwa tujuannya adalah suatu kebersamaan yg akan dibangun melalui rangkaian prosesi tersebut …padahal nyatanya ..setelah prosesi2 tersebut usai tidak semua diantara kami dapat merasakan kebersamaan yg dimaksudkan Cuma persoalan hanya karena tidak setuju dengan sistem atau rangkaian prosesi yg dianggapnya seolah2 telah menggeser” dunia kecilnya “.
Semuanya masih jelas terbayang , ketika saya dan beberapa kawan dengan sangat terpaksa mencukur habis rambut , hanya untuk memenuhi prasyarat dalam rangkaian prosesi , padahal kepala plontos adalah hal yg paling saya benci semenjak masih duduk dibangku sekolah dulu ….namun atas nama kepentingan bersama , sekali lagi …….kamipun melakukannya meski dengan perasaan sedih yg teramat sangat .
Yah …kenyataanya sebagain kawan2ku menganggap prosesi-prosesi tersebut itu penting , sebagian yg lain ada yg masa bodoh , ada yg merasa biasa2 saja , ada yg justru malah punya “ dunia kecil” nya sendiri …sehingga ia menganggap sepi segala macam urusan diluar “ dunia kecilnya tersebut .saya masih ingat dengan jelas , betapa beberapa diantara mereka harus “ main petak umpet” hanya untuk menghindari rangkaian prosesi pengkaderan .
Disinilah peranan sebuah sistem ,dimana ia harus merangkul semua sub2 sistem yang ada untuk menguatkannya, karena sebuah kesatuan yg kuat pada sebuah sistem hierarkis ,harus dibangun dengan pondasi awal “kebersamaan” …..,
……………..tapi bagaimana hal ini apat dicapai manakala sang empunya sistem justru melakukan sebuah konsep penyeragamam atau generaliasi yg menghasilkan sebuah standarisasi terhadap layak tidaknya sebuah legitimasi yg sah diberikan oleh public …ketimbang berusaha melihat apa sesungguhnya yg kira2 menjadi prioritas utama atau kebutuhan objek
Saya hanya berharap ….
Dimasa yg akan datang , tidak ada lagi yg berlarian …..bercerai berai …..berserakan ….semuanya bersama-sama ..dan tidak ada lagi ..tersisa dendam , dan segala macam perasaaan kecewa ….., dalam ruang kecil penuh canda tawa dan makna ……dibawah satu panji ….panji komunikasi ….sama
Saya sadar sepenuhnya ..
Saya Cuma setitik pasir diantara gemuruh ombak
Atau anggap saja saya Cuma seorang pengelana yg kebetulan lewat ….
Singgah
Lalu sedikit berceloteh
MAAF ……
Satu Harapan ….
Satu semangat
Maka dari itu
Mari sama2 :

BER-CER-MIN
(BER-sama-sama merajut CER-ita & MAsa depan Yg IN-dah )

selengkapnya

Monday, June 22, 2009

Seminar

Date:
, June 29, 2009
Time:
8:00 am - 03:00 pm
Location:
Clarion , Jasmine room
Street:
A. P. Pettarani
City/Town:
Makassar, Indonesia

FREE



selengkapnya

Salam Redaksi

Assalamualaikum wr/wb Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada tim redaksi “EXIST” dalam menghadapi berbagai kesulitan baik dalam peliputan berita maupun dalam pengolahannya.Sesuai dengan namanya “EXCIST (EXCELENT COMMUNICATION FO SOCIETY)” kami berharap bulletin online ini akan selalu konsisten dalam menjunjung tinggi prinsip dan etika jurnalistik baik dalam peliputan berita maupun dalam pengolahannya mengikuti konsep EXCIST dimana berbeda dengan EXIST, massa EXCIST tidak akan berubah walau dibawa kemana-mana bahkan tidak terpengaruh oleh gravitasi, EXCIST akan menjadikan konsep ini sebagai filosofi dalam menampung aspirasi untuk kepentingan semua kalangan dengan tetap konsisten terhadap prinsip walau dalam kondisi apapun dan tidak akan goyah dengan kekuatan apapun. Ucapan terima kasih tak lupa pula kami berikan kepada KANDA-KANDA yang telah dengan sabar berbagi ilmu kepada kami dan anggota tim lainnya.Ilmu tentang dasar-dasar jurnalistik yang dapat kami timbah dalam kelas exkul membuat kami sedikit lebih mudah dalam peliputan berita di lapangan. Membangkitkan naluri jurnalistik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,butuh waktu dan banyak latihan untuk itu.Kami tim redaksi “EXCIST” sedikit mengalami kesulitan terutama dalam menyisipkan waktu untuk membicarakan EXCIST demi memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa.Namun kesulitan itu kami anggap sebagai tantangan yang harus kami lewati.Kami pun terus berusaha meskipun berat untuk menciptakan tekad penuh dalam membangun EXCIST menjadi bulletin yang dapat bermanfaat bagi semua. Sebagai pemula,kami sadar akan keterbatasan dan masih dangkalnya ilmu tentang jurnalistik yang kami miliki namun, tugas untuk membuat bulletin online “EXCIST” ini menjadi sebuah pengalaman yang kami jadikan guru dan menjadi media introspeksi dalam melihat kekurangan –kekurangan dalam penulisan berita agar apa yang akan kami hadapi berikutnya dapat kami lewati dengan lebih baik dan ikhlas untuk menghasilkan karya-karya jurnalistik yang lebih baik pula. EXIST tidak akan ada tanpa adanya kerjasama antara tim redaksi. Akhir kata, sekali lagi kami ucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dari awal hingga terbentuknya “EXCIST”. Wassalam….